Bandar Lampung.1Detik.online - Banyaknya jumlah tenaga honorer mencapai 44 orang di SMA Negeri 14 Kota Bandar Lampung menjadi soal.
Tidak bisa membayar guru honorer melalui dana Bantuan Operasional Sekolah BOS sekolah bersama dengan komite adakan musyawarah kepada walimurid Kamis 21 September, yang dimana saat putusan musyawarah tersebut walimurid diberikan formulir untuk mengisi rasa keberatan dari musyawarah tersebut yang di berikan oleh pihak sekolah.
Isi dalam musyawarah tersebut membahas SPP dibebankan kepada siswa sebesar Rp.371.755 per bulan biaya tersebut tidak lain untuk pelayanan siswa dan untuk membayar tenaga honorer karena sekolah memerlukan dukungan masyarakat agar rencana kerja sekolah sesuai harapan.
Melalui narasumber yang mengikuti rapat sekolah dengan komite ada sekitar 25 orang yang merasa keberatan dengan biaya SPP tersebut, dia mengatakan walimurid yang merasa keberatan diminta untuk mengisi formulir yang di berikan pihak sekolah dan diminta menghadap sehari setelah rapat untuk melangsungkan negoisasi kembali.
Dikatakan narasumber kepada media ini "saya merasa sangat keberatan mas dengan biaya SPP tersebut di tambah lagi penghasilan saya hanya seorang tani, harapan saya anak saya masuk SMA Negeri bisa meringankan biaya dibandingkan sekolah swasta ternyata kenyataannya hampir sama dengan swasta mas."imbuhnya"
Saat saya kembali lagi ke sekolah sehari setelah keputusan rapat saya tidak di berikan toleransi oleh pihak sekolah, pihak sekolah mengatakan kalau ingin SPP di bawah Rp.300.000 nanti pihak sekolah adakan survei kerumah dan akan memakan biaya banyak dan biayanya di limpahkan ke saya, Melihat ekonomi saya dengan kondisi saat ini yang mengalami kesulitan mas saya menolak untuk dilakukan survei rumah, karena kata pihak sekolah uang SPP itu untuk pelayanan anak saya agar mendapatkan pelayanan maksimal jadi akhirnya saya ikut aja keputusan hasil rapat itu saya kira karena sekolah itu negeri ad bantuan dari pemerintah. "tandasnya"
Hal ini di tanggapi oleh Dra.Hanafiah, M.Pd selaku Humas diruang kerjanya kepada media, "Dan sekarang sekolah sekolah bukan hanya sekolah kami kewalahan dalam membayar guru honorer karena tidak bisa di ambilkan dari situ (BOS), kalau dulu bisa di cing cing, Jadi sudah dua bulan ini karyawan honor kami tidak menerima gaji akhirnya karena kami kasian dan rasa kemanusiaan kami akhirnya di hutangkan pihak ketiga karena sekolah tidak memiliki uang."elaknya"
Adapun uang yang melalui dana BOS kalau bukan peruntukannya tidak bisa di ambil karena semua tercatat dan terlapor jadi kami tidak bisa pinjam meskipun uang BOS itu ada, Nah ini sekarang sekolah sangat kendala kita dana BOS masih ada saldo tapi untuk bayar guru honorer gak bisa, kalau dulu kan kita bisa pinjam.
"Menurutnya" Sekolah tanpa adanya dukungan dari masyarakat yakin tidak akan bisa berjalan sebagai mana diharapkan, untuk bisa memberikan pelayanan yang berkualitas."kata Dra. Hanafiah, M.Pd"
Kalau siswa itu pertahun kita hitung kebutuhan termasuk biaya modal membayar guru honorer kami disini ada 43 Orang PNS dan 44 Orang Honorer bisa di bayangkan bebannya kan, Sedangkan dari semua kebutuhan siswa per-tahun kan kita hitung nih pelayanan untuk belajar dan sebagainya.
Tahun kemarin ada contoh karena tahun kemarin yang sudah di paparkan kepada orang tua siswa kita ada menyelesaikan aula karena gedung tersebut multifungsi jadi dari kebutuhan kebutuhan yang kita rangkum selama satu tahun Persiwa kebutuhannya sekitar Rp.6.500.000 sampai Rp.7.000.000 sedangkan dana BOS kan kita tahu untuk SMA hanya Rp.1.500.000 per siswa kalau di data , Jadi Rp.6.500.000 jika di kurang Rp.1.500.000 masih Rp.5.000.000 nah ini yang kita perlu dukungan masyarakat dan ini pun memang di dukung di Pergub 61 kan lalu di kuatkan lagi oleh Kepala Dinas, jadi intinya kita di tuntut memberikan pelayanan maksimal tapi jika tidak ada dukungan masyarakat kan gimana."bebernya"
Kita bicara yang rill nya aja karyawan honorer yang berjumlah 44 orang tadi kalau berhenti siapa yang melayani anak anak itu kita semua perlu dukungan dan inilah yang harus di musyawarahkan."tukasnya"(MP)