Www.satudetik.asia | Musi Banyuasin – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) ke-69, suara kritis rakyat kian lantang. Gabungan aktivis, lembaga pers, LSM, dan ormas di Muba menegaskan akan menggelar aksi damai besar-besaran pada Jumat, 26 September 2025.
Aksi tersebut akan dipusatkan di depan Kantor Polres Muba, Rumah Dinas Bupati Muba, dan Kantor DISDAGPERIN Kabupaten Muba, dengan estimasi massa mencapai 500 orang. Titik kumpul akan dimulai di Stadion Lapangan Sepak Bola Sekayu, membawa spanduk, baliho, serta karton bertuliskan tuntutan rakyat.
Dalam pernyataannya, masyarakat dan gabungan aktivis menolak tegas pelaksanaan Muba Expo 2025 yang digelar di Jalan Kolonel Wahid Udin, Sekayu. Mereka menilai acara itu justru mengganggu ketertiban umum, menutup jalan protokol, mengacaukan arus lalu lintas, dan merugikan kenyamanan masyarakat.
“Pemerintah jangan larut dalam euforia dan seremonial. HUT Muba dan Muba Expo seharusnya jadi momentum evaluasi pembangunan, bukan pesta yang justru menyusahkan rakyat,” tegas Pak Mauzan dari LSM Gempita Muba, salah satu orator aksi.
Tuntutan Rakyat yang Lantang
Dalam surat pemberitahuan aksi yang telah disampaikan kepada Kapolres Muba, massa aksi membawa empat tuntutan utama, yaitu:
1. Copot atau evaluasi Plt. Kadis DISDAGPERIN Muba karena dinilai tidak memprioritaskan kepentingan umum dan hanya mementingkan kepentingan pencitraan semata.
2. Mendesak Kasat Lantas Polres Muba untuk tidak memberikan izin penyelenggaraan Muba Expo 2025 di jalan protokol, sebab menutup jalur vital dan merugikan masyarakat luas.
3. Mendesak Dinas Perhubungan Kabupaten Muba untuk segera melakukan penutupan rencana jalan tersebut agar arus lalu lintas tidak terganggu.
4. Mendesak Bupati Muba segera memindahkan lokasi Muba Expo ke tempat yang lebih layak, tertib, dan tidak mengorbankan masyarakat.
Para aktivis juga mengingatkan agar HUT Muba ke-69 tidak dijadikan panggung pencitraan semata. Mereka menegaskan bahwa di balik pesta dan panggung hiburan, masih banyak persoalan mendasar yang menghantui rakyat Muba.
“Jalan desa masih banyak yang rusak parah, layanan kesehatan dan pendidikan masih jauh dari harapan, dan lapangan pekerjaan sangat minim. Itu PR besar yang harus segera diselesaikan. Jangan biarkan euforia perayaan menutupi penderitaan rakyat,” tambah Pak Mauzan dengan lantang.
Massa aksi berharap HUT Muba ke-69 menjadi titik balik untuk perbaikan nyata, bukan sekadar pesta seremonial tahunan. Mereka mendesak pemerintah daerah benar-benar menjadikan momentum ini sebagai evaluasi total pembangunan dan koreksi kebijakan, agar kepentingan rakyat tetap menjadi prioritas utama.
“Jika tuntutan rakyat ini tidak diindahkan, maka aksi berikutnya akan lebih besar, lebih keras, dan lebih masif. Kami hadir dengan damai karena cinta Musi Banyuasin, tapi jangan sekali-kali mengabaikan suara rakyat,” pungkas Mauzan.
(Rizki Singgih)