Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates

Iklan

Masjid dan Gereja Berdiri Berdampingan, Kota Pematang siantar, Menjaga Toleransi Abadi

Cahya Wulandari
Senin, 17 November 2025
Last Updated 2025-11-17T16:12:15Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
BUTUH BANTUAN HUKUM ?

 

Pematangsiantar, 1detik.asia-

Di suatu sudut Jalan Medan, Simpang Pertamina, tepat di Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematang Siantar, dua bangunan Masjid dan Gereja berdiri, saling bersebelahan.


Salah satu bangunan dengan menara kecil yang mengumandangkan azan setiap waktu masuk salat, satu laginya dengan menara lonceng sederhana, yang memanggil jemaat pada setiap hari Minggu.


Masjid Bhakti dan Gereja GKPI, dua rumah ibadah, yang telah puluhan tahun berdiri berdampingan menjadi simbol paling nyata dari wajah, toleransi Kota Pematang Siantar.


Zamal, warga setempat mengatakan warga yang beragama muslim, dan nasrani saling menghargai sesama pemeluk agama sehingga toleransi umat beragama menjadi hal yang biasa, bagi warga setempat.


Kalau ada aktivitas ibadah di masjid, pihak gereja menghargai. begitu juga sebaliknya, kalau ada acara di gereja, pihak masjid juga menghargai acara di gereja, ujarnya.


Kota Pematang Siantar, yang dikenal dengan oleh-oleh roti gandanya, ini bukan hanya terkenal karena kulinernya. 


Kota Pematang Siantar, juga menyandang predikat sebagai salah satu kota toleran kelima di Indonesia.


Namun bagi warga setempat, toleransi bukanlah slogan, bukan pula sekadar penghargaan, yang terpampang dalam laporan tahunan, toleransi adalah nafas kehidupan sehari-hari.


"Hidup Rukun dan Damai Sejahtera."

--------------------------------------------------------


Ketua Eksekutif Kota Pematang Siantar, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (EK-LMND), Yudha Situmorang, menyampaikan apa yang banyak disebut orang-orang sebagai toleransi di Pematang Siantar, bukanlah sesuatu yang dibuat untuk menjawab, tuntutan publik.


Ini adalah realitas sosial, yang saya lihat setiap hari, realitas yang lahir dari kesadaran masyarakat Indonesia, bukan dari seremoni pemerintah, ujar Yudha, warga Pematang Siantar, yang bermukim di lokasi masjid, dan gereja saling berdampingan, Minggu 16/11/2025.


Selama puluhan tahun, dua rumah ibadah itu berdiri berdampingan tanpa riak, tidak pernah ada gesekan, apalagi konflik yang biasanya mudah dipolitisasi di tempat lain. 


Bagi warga Pematang Siantar, keberagaman bukan ancaman, namun ia bagian dari denyut kota, Pematang Siantar.


Ini membuktikan bahwa masyarakat Pematang Siantar, mempraktikkan kebhinekaan bukan karena tekanan, melainkan karena nilai budaya, tradisi gotong royong, dan identitas kolektif, sebagai satu bangsa, tuturnya.


Ketika politik identitas meninggi, Pematang Siantar, mengajarkan keteguhan


Di banyak daerah, politik identitas kerap memecah belah ruang sosial, tapi di Kota Pematang Siantar ini, memilih jalannya sendiri. 


Dimana hal ini, justru memperkuat ruang perjumpaan antar warga, bukan mempersempitnya.


Persatuan tidak akan pernah lahir dari politik yang memanfaatkan perbedaan, ia lahir dari kebijakan yang menjamin kesetaraan, dan ruang dialog yang luas bagi rakyat, ujarnya.


Yudha melanjutkan bagi LMND sendiri, banyak daerah di Indonesia dapat belajar dari kota, Pematang Siantar. 


Bukan karena gelar kota toleran, karena praktik keseharian warganya yang membuktikan bahwa keberagaman bisa dijaga tanpa adanya, gaduh seremonial.


Ketika pemerintah tidak abai dan masyarakat memegang nilai kemanusiaan, kerukunan menjadi keniscayaan.


Dalam situasi bangsa yang tengah diuji oleh polarisasi, kami menegaskan bahwa toleransi, syarat dasar berlangsungnya demokrasi kerakyatan, ujarnya.


LMND juga mendorong pemerintah pusat,dan daerah memperluas kebijakan yang memperkuat interaksi sosial antar warga, menolak segala bentuk diskriminasi, dan menindak tegas upaya merusak harmoni, yang telah dirawat bertahun-tahun.


Masjid Bhakti dan Gereja GKPI berdiri berdampingan bukan hanya sebagai bangunan, namun hal ini, menjadi penanda bahwa Kota Pematang Siantar, masih mampu merawat Kebhinekaan, dimulai dari komunitas kecil yang selalu menjaga ruang aman bagi,semua keyakinan.


Kota Pematang Siantar adalah, bukti bahwa Indonesia bisa lebih baik, dari kota inilah kita belajar, bahwa perbedaan bukan ancaman, melainkan kekuatan untuk membangun bangsa yang beradab, berkeadilan, dan benar-benar demokratis, ucapnya.


(Donny)

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan