“I” mengungkapkan bahwa setelah DK divonis 18 tahun penjara pada 2017, ia kini telah bebas bersyarat menjelang Lebaran 2025. Yang mengejutkan, pasca-bebas, DK disebut langsung melakukan manuver dengan bertemu tokoh nasional, yakni Penasehat Khusus Presiden Bidang Urusan Pertahanan Nasional sekaligus Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Jenderal Purn. Dudung Abdurachman.
Menurut pengakuan “I”, pertemuan tersebut dimanfaatkan oleh DK untuk menggiring opini seolah-olah pemerintah pusat mendukung kegiatan padepokan, termasuk program “Mercusuar Dunia” yang selama ini digembar-gemborkan. Nama besar Jenderal Dudung dimanfaatkan untuk membangun narasi bahwa RI 1 (Presiden) akan datang meresmikan program tersebut. Informasi ini kemudian disebar secara massif ke para pengikut sebagai strategi untuk menghimpun kembali dana dalam bentuk mahar puluhan juta rupiah.
“I” menyebutkan bahwa dalam ritual-ritual yang ditampilkan DK, seperti mengeluarkan uang dari balik jubah hingga memperlihatkan emas Antam, semuanya diduga menggunakan uang dan emas palsu. “Saya mengalami sendiri, bahkan teman saya dari Sidoarjo sampai jatuh miskin karena terus-menerus menyetor mahar,” ungkapnya.
Dalam keterangannya, “I” juga memberikan bukti berupa rekaman suara yang disebut berasal dari tokoh internal padepokan bernama “Eyang Sadeq”. Dalam rekaman tersebut, disampaikan narasi yang semakin fantastis, mulai dari kedatangan Jenderal Dudung, rencana kedatangan Presiden RI, hingga perintah untuk mengumpulkan dana Rp5 miliar demi mendukung acara “mandi suci” di Pasir Putih.
“Eyang Sadeq” bahkan mengklaim telah berumur 598 tahun dan memiliki empat kuburan, serta mengaku telah mati sebanyak empat kali. Ia juga memperingatkan para santri agar tidak menyebarluaskan foto dan video pertemuan karena dianggap “rahasia negara” dan membawa kutukan bagi yang membocorkannya.
Di sisi lain, ketika kabar ini dikonfirmasi kepada salah satu tangan kanan DK, berinisial YS, ia membantah seluruh tuduhan. YS menegaskan bahwa DK adalah sosok yang memiliki karomah dan mendapatkan mandat khusus dari Tuhan. “Kalau orang lain tidak percaya, tidak masalah. Saya sendiri sudah melihat dan merasakan langsung keistimewaan beliau,” tegas YS.
Fenomena Dimas Kanjeng sebelumnya telah menyita perhatian publik nasional karena praktik penggandaan uang yang berujung pada pidana penipuan dan pembunuhan. Kini, pasca-bebasnya DK, sinyal kebangkitan kembali aktivitas padepokan menjadi perhatian serius, terutama karena masih adanya pengikut fanatik dan potensi praktik manipulasi berkedok spiritualitas.
Redaksi akan terus mengusut dan menyajikan informasi lebih lanjut terkait perkembangan aktivitas di dalam padepokan serta dampaknya terhadap masyarakat.
(Tim/Red)