Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik 
Sosial media ramai, bukan lagi mengabarkan demo ke gedung DPR atau kantor Polisi. Hari ini, video viral hilir mudik mengabarkan sejumlah penjarahan di rumah pejabat publik.
Rumah Sahroni, yang pertama viral. Sejumlah aset milik 'Crazy Rich' Priok, dijarah. Dari jam mahal Richard Mill, tas mewah Luis Vitton, hingga Robot Iron Man. Ada juga, brankas duit rupiah hingga mata uang asing dijarah, lalu dihamburkan isinya dibagikan kepada kerumunan massa.
Mobil mewah yang menjadi simbol kebanggaan, ikut dirusak. Uniknya, ada yang menumpang berenang di kolam rumah Sahroni.
Yang memalukan, ada yang menjarah sejumlah CD Porno koleksi Anggora Dewan dari Nasdem ini. Bahkan, ijazah 'tolol' kebanggaannya, dengan nilai mayoritas 6 (mewah) turut dijarah dan dipamerkan kepada publik.
Dari tempat kabur, Sahroni marah-marah ga karuan. Marah, karena barangnya dijarah. Padahal, klo dia tidak kabur, kuat dugaan nyawa Sahroni pun bakal 'dijarah' massa.
Dirumah Eko Patrio juga sama. Rumah yang menjadi simbol kemewahan sekaligus kesombongan Aleg PAN ini, turut diluluhlantakkan. Nyaris tak bersisa, kecuali lantai, dinding dan langit-langit rumah yang tak bisa dijarah.
Rumah Uya Kuya, juga ikut dilibas. Semua diangkut, hingga kucing Uya Kuya juga dibawa massa. Uya Kuya, hanya bisa melongo melihat peristiwa itu via sosial media, penuh dengan kesedihan, penyesalan, hingga kekecewaan. Mau melawan? Siapa yang mau dilawan? Berani melawan massa yang jumlahnya tak bisa dihitung?
Rumah Ibu Bendahara Negara di Bintaro juga tak luput dari amukan massa. Ustadzah yang memberikan nasehat, dibalik harta kita ada hak orang lain, kini wejangan dan tausiah itu dipraktikan oleh massa. Dibalik harta Ibu Menteri Kekurangan, ada hak rakyat, maka massa mengesahkan UU perampasan aset, untuk mengambil hak rakyat dari harta pejabat. Tak terkecuali rumah Sri Mulyani.
Entah, rumah siapa lagi yang menjadi target. Kabarnya, rumah Jokowi di Solo hari ini juga akan didemo. Mungkin saja, kembali berujung penjarahan.
Anehnya, mayoritas Netizen berkomentar bangga dan bahagia. Bangga, pada keberanian masaa yang mengesahkan RUU perampasan aset, yang tak kunjung di sahkan oleh DPR. Bahagia, menyaksikan kekayaan wakil rakyat diambil kembali secara paksa oleh rakyat.
Saat menjarah, masa terlihat gembira dan bersuka cita. Tak ada sedikitpun wajah takut. Anggota TNI yang ada di TKP, hanya bisa angkat tangan. Anggota Polisi? Apa lagi.
Melalui peristiwa ini, setidaknya dapat dipetik beberapa hikmah dan pelajaran:
*Pertama,* batas kesabaran rakyat sudah habis dan kini berganti dengan amarah dan kemarahan. Pada situasi seperti ini, urat takut rakyat sudah putus. Penjarahan yang sebenarnya perbuatan tercela, berubah menjadi ekspresi perlawanan dan pelampiasan amarah.
*Kedua,* kesombongan ada batasnya. Dan saat rakyat telah menentukan batas akhir kesombongan, tak ada lagi manfaat memelas dan meminta maaf.
Terbukti, meskipun Eko Patrio, Uya Kuya sudah mengunggah permintaan maaf, toh tetap saja kemarahan itu dilampiaskan. Penjarahan adalah pelampiasan amarah atas kesombongan pejabat, yang telah mencapai puncaknya.
*Ketiga,* dalam situasi seperti ini yang dibutuhkan adalah empati, sejenak rehat dan biarkan amarah terlampiaskan. Massa juga punya kesadaran, karena hanya melampiaskan pada pejabat yang bermasalah.
Bahkan, saat rumah Sahroni akan dibakar, rencana itu batal. Karena massa punya kesadaran, kebakaran itu akan meluas dan menjalar ke rumah lainnya yang tak memiliki salah.
Karena itu Prabowo jangan sampai keliru. Menabuh genderang perang pada rakyat. Listyo Sigit juga tak boleh jumawa, perintahkan tembak pada anggotanya.
BECIK KETITIK ALA KETARA. KABEH NGUNDUH WOHING PAKARTI.

.png)
 

 
 
.jpg) 
 
