Jelajahi

Kategori
Best Viral Premium Blogger TemplatesPremium By Raushan Design With Shroff Templates

Iklan

Diprotes Soal Hibah Lahan, Mensos Risma Sujud di SLB Negeri A Pajajaran Bandung

Redaksi 1Detik
Selasa, 21 Februari 2023
Last Updated 2023-02-21T06:46:08Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates
masukkan script iklan disini

 


1Detik - Menteri Sosial Tri Rismaharini mendadak bersujud kepada salah satu pengajar SLB Negeri A Pajajaran Kota Bandung. Gerakan itu diperagakan Risma, sapaan karib Tri Rismaharani setelah berdiskusi dengan staf pengajar di SLB tersebut.


Kejadian itu berawal saat Risma mendatangi Balai Wyata Guna di Jl Pajajaran, Kota Bandung untuk menghadiri acara pemberian bantuan sosial (bansos) dari Kementerian Sosial kepada penerima manfaat.

Sesampainya di Balai Wyata Guna, Risma langsung sarapan pagi di Cafe yang dikelola oleh penyandang disabilitas. Seteleh itu, Risma pun langsung melihat koleksi tanaman hias yang dijual oleh penyandang disabilitas.

Usai memilih tanaman yang diinginkannya, Risma pun langsung menuju ke SLB Negeri A Pajajaran Kota Bandung. Seketika itu, sejumlah pengajar termasuk kepala sekolah SLB tersebut menghampiri Risma.

"Mau tak perbaiki, nanti pas perbaikan tolong diamankan, soalnya banyak yang tunanetra," kata Risma.

Selama perbaikan, Risma meminta kepada pengelola Wyata Guna agar menyediakan bangunan pengganti selama pembangunan. Risma berjanji, bakal memperbaiki bangunan rusak di SLB tersebut.

Saat berbincang dengan kepala sekolah, obrolan Risma masih terlihat santai, namun obrolan itu seketika memanas setelah ada desakan terkait hibah lahan yang dilontarkan oleh sejumlah orang.

"Terkait itu, waktu itu ibu pernah janji menghibahkan itu," kata salah satu pengajar SLB bernama Tri.

"Pak ini susah, karena tanahnya ini ada di tengah gini, saya enggak bisa. Masalahnya apa? Sama-sama negaranya, makanya tadi yang penting saya bisa perbaiki, ini cafe ini juga kita bangun untuk disabilitas," ungkap Risma.

Emosi Risma mulai terpancing, tak kala ada seorang pengajar membisiki pengajar bernama Tri yang merupakan penyandang tunanetra.

"Tolong pak jangan bisik-bisik, ngomong aja langsung ke saya," kata Risma.

"Kita tidak bisa membangun bu," tambah pengajar bernama Tri.

"Kita bangunkan, apa masalahnya? Tolong jangan gitu, bapak ngmong saja ke saya, bapak jangan gitu, saya paling benci, ngmong ke saya," ujar Risma.

"Saya tambahkan (ruang kelas), ini dibangun sebelum saya, ini dibangun untuk anak-anak disabilitas (keberadaan kafe dan tempat untuk lapangan kerja) bukan untuk saya," tambah Risma.

Risma juga menerangkan, pihak sekolah jangan hanya pikirkan terkait hibah, tapi harus pikirkan setelah siswa lulus, mereka harus bekerja apa dan bekerja di mana, Risma menyebut, kawasan Wyata Guna itu diharapkan bisa dimanfaatkan seluruhnya oleh para disabilitas.

Setelah Risma berikan penjelasan panjang lebar, namun masih ada yang menyanggah pernyataan Risma. Sedangkan Risma masih ada acara lain dan tidak bisa berbincang lebih lama.

"Kami pikirkan anak-anak," ucap pengajar bernama Tri.

"Sama," ucap Risma dengan nada melemah.

Tiba-tiba, seorang pengajar perempuan yang juga penyandang tunanetra berbicara di belakang barisan, jika perjuangan yang mereka lakukan bukan untuk kepentingan mereka.

"Kita juga bukan untuk kepentingan pribadi bu," ujar pengajar perempuan itu.

"Makannya bu, kata saya kita berbagi," ujar Risma.

"Tapi tolong direalisasikan," kata pengajar itu.

"Saya sujud," ujar Risma dan langsung sujud ke kaki pengajar itu.

Setelah itu, Risma pun langsung dibangkitkan oleh Staf Kementerian Sosial. Sementara itu, pengajar perempuan itu terus berbicara.

"Jangan begitu ibu," kata pengajar itu.

"Bukan seperti ini maksudnya," tambah pengajar itu sambil menangis.

"Ibu dengerin, tadi saya bilang ini saya disaksikan gusti Allah," tambah Risma.

Suasana semakin panas, tatkala pengajar bernama Tri kembali berbicara soal hibah.

Risma pun meminta kepala sekolah untuk ikut menjelaskan dan menenangkan suasana, tapi pengajar lain tak fokus dan terus menuntut kepada Risma dan singgung terkait hibah.

"Bu Menteri sama, sama layani masyarakat, begitu pun saya sebagai kepala sekolah," kata kepala sekolah.

Risma melihat suasana semakin tak kondusif, Risma juga meminta pengajar perempuan itu agar tenang.

"Bu saya sudah sujud lho bu, ibu mau saya sujud lagi? Saya gak masalah bu," ujar Risma.

Setelah itu, di barisan belakang kepala sekolah ada lagi pengajar yang menyinggung soal sewa. Risma pun tegaskan, akan langsung diperpanjang.

"Diperpanjang sekarang, sekarang ditandatangani," ujar Risma.

"Pak dengerin saya, anak-anak ini untuk dapat pekerjaan, supaya setelah selesai bisa bekerja sendiri, bukan untuk kepentingan Kementerian Sosial, coba pak lihat itu yang kerja semua anak-anak disabilitas, mereka bisa sekolah tapi kalau gak bekerja gimana," ujar Risma.

Pengajar perempuan pun menimpal kembali pernyataan Risma. "Tapi pendidikan yang diutamakan bu," tambah pengajar perempuan itu

Perbicaraan itu tak ada titik temu dan Risma pun meninggalkan SLB itu dan bergegas ke Aula Wyata Guna untuk menghadiri acara pemberian bantuan.

Kepala Sekolah SLB Negeri A Pajajaran Kota Bandung Gun Gun Guntara mengatakan jajarannya menagih janji Risma. Sebab sebelumnya Risma pernah menjanjikan bakal menghibahkan tanah milik Kementerian Sosial itu.

"Sebetulnya teman-teman kami perjuangan sudah lama terkait status lahan, yang kita tuntut terakhir janji Bu Risma akan menghibahkan ada 1.600 meter persegi sekian. Lokasi di sini," kata Gun Gun, Selasa (21/2/2023).

Disinggung terkait apakah hibah itu sudah terealisasi, Gun Gun menegaskan belum. Ia pun tidak mengerti apa alasannya.

"Kurang paham, Bu Menteri kan sudah ber-statement. Belum ada," ujarnya.

Menurut Gun Gun, bangunan SLB itu sudah seluruhnya mengalami kerusakan. Sehingga bangunan harus segera diperbaiki.

"Kita kan ingin tingkatkan layanan, di infrastruktur, ini dari tahun 1901 belum terjadi pembangunan, hampir semua kelas (rusak). PUPR sudah jelaskan ini sudah tidak layak untuk digunakan, akhirnya saya berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, tapi nggak bisa karena status lahan," jelasnya.

Disinggung, soal pernyataan Risma yang berjanji akan memperbaiki sekolah, pihaknya menyambut baik dan berharap segera terealisasi. "Saya harapkan bisa terealisasikan, harus sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal, baru dilaksanakan," tuturnya.

Gun Gun menjelaskan, hibah harus segera dilakukan. Tujuannya agar standar pelayanan terhadap para siswa bisa terpenuhi.

"Harus sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dilaksanakan, apakah beliau paham bahwa minimal lahan yang kita butuhkan misalkan 10 ribu meter persegi, sedang kita 1.600 meter persegi, gimana mau layak untuk menuju mutu pendidikan yang layak," pungkasnya.

Tanggapan Risma

Risma sendiri sempat memberi penjelasan. Risma bahkan sempat sujud di kaki seorang pengajar. Risma tak menampik pernah menjanjikan hibah tanah, namun ia memikirkan penghuni di sana dan membuka lapangan pekerjaan di kawasan Wiyata Guna.

"Awalnya ada permohonan memang untuk penghibahan, awalnya saya setuju, untuk apa sih, orang ini untuk pendidikan, tapi ternyata perkembangannya anak-anak disabilitas (selain siswa) di sini butuh pekerjaan. Akhirnya kita buatkan kafe untuk mereka dilatih barista, ada disabilitas fisik juga," kata Risma.

Risma menyebut, di Wiyata Guna sendiri saat ini tak hanya penyandang tunanetra saja yang diberdayakan, melainkan penyandang disabilitas lainnya, termasuk ODGJ.

"Dulunya hanya tampung tunanetra, sementara disabilitas lengkap, ada ODGJ, ada disabilitas fisik, mental, down syndrome, ada tunawicara, bukan hanya tunanetra. Kalau di Bandung dan sekitarnya nggak ada, terus mereka ke mana?" ungkap Risma.

Apalagi menurutnya ada ODGJ yang kerap dipasung dan saat ini dibebaskan. Mereka perlu direhabilitasi tanpa harus jauh-jauh dibawa ke daerah Pati yang selama ini jadi tempat rehabilitasi ODGJ.

"Kita punya (tempat rehabilitasi ODGJ) ada di Pati, gak mungkin orang Bandung sini dibawa ke Pati, bagaimana komunikasinya dengan keluarga," tuturnya.

Risma menyebut, dia harus melakukan terobosan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Hal itu yang membuat proses hibah belum terealisasi hingga kini.

"Kalau itu saya hibahkan, anak-anak untuk akses usah akan tertutup, biar saja mereka gabung, kita perbaiki sekolahnya. Aku nggak bicara yang dulu-dulu ya, kemudian bicara yang kemarin-kemarin, itu nggak etis. Sudah sekarang saya perintahkan perbaikan ruang kelas," tuturnya.

Dalam perbincangan dengan pihak sekolah, Risma sebetulnya ingin berbicara panjang lebar, namun kondisinya tak memungkinkan. Sehingga langkah yang dinilai ideal adalah pengembangan yang tak merugikan. Namun hal itu tak mendapatkan titik temu.

"Sebenarnya saya mau ngomong apa potensinya apa yang bisa dikembangkan kaya di Bekasi untuk tangani tunanetra. Aku ngomong, musik kok dipake ekstrakurikuler, kalau mereka bisa cari uang dari musik kenapa nggak, kita bantu walaupun belum sempurna betul. Ini anak-anak sudah bisa cari uang, mereka bisa cari uang. Memang harus dilatih menjadi profesional, itu yang sedang kita siapkan," tuturnya.

Risma menyebut, penyandang disabilitas ini harus dipikirkan sampai mereka mandiri. Sehingga mereka tidak terus 'diasuh' orang tua.

"Sebetulnya saya tadi mau bicara itu. Oke gedung diperbaiki, ruangan ditambah, ruang rusak diperbaiki, selesaikan," pungkasnya.


Sumber: Detik.com

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Iklan