Di sunyi malam, namamu kupanggil,
angin menjawab dengan bisu yang pilu.
Namun di relung hati yang tak pernah sepi,
kau tetap hidup, menemaniku selalu.
Senyummu adalah cahaya pagi,
menghangatkan hari-hari yang kelabu.
Meski ragamu telah pergi,
kasihmu tinggal, utuh di jiwaku.
Langkahmu mungkin tak lagi terdengar,
namun jejakmu abadi di hidupku.
Dalam doa yang tak pernah pudar,
kutitip rindu, kuserahkan waktu.
Wahai cintaku yang telah berlayar,
menuju damai di sisi-Nya.
Ketahuilah, hingga nafasku berakhir,
kau tak terganti, takkan terlupa.
"UNTUKMU DALAM DO'A KU"
Di sunyi malam aku menyebut namamu,
dalam tiap sujud kusematkan rindu.
Kau telah pergi, tapi cintamu tinggal,
mengalir lembut di setiap doa yang kupanjatkan.
Wajahmu hadir di sela ingatan,
senyummu menenangkan resah yang tak terucap.
Meski jarak kini bernama keabadian,
hatiku tak pernah benar-benar berpisah darimu.
Ya Allah, terimalah segala lelahnya,
ampuni salah, lipatgandakan pahalanya.
Tempatkan ia di taman surga-Mu,
di cahaya damai tanpa luka dan pilu.
Aku belajar ikhlas dari kehilangan,
namun rindu tetap setia menemaniku.
Sampai kelak Kau izinkan pertemuan,
aku simpan cintaku dalam doa untukmu.
Puisi: Untuk Cinta yang Pergi, dan Bahagia yang Kami Jaga
Di antara sunyi yang tak lagi sama,
namamu masih kupanggil dalam doa.
Wahai cinta, engkau telah pulang,
namun jejakmu tinggal di setiap langkah.
Aku belajar kuat dari kehilangan,
meski rindu sering datang diam-diam.
Air mata menjadi saksi setia,
betapa besar cinta yang pernah ada.
Kini kugenggam dua cahaya hidup,
Arjun dengan senyum yang menenangkan,
dan Vianna dengan tawa yang menghangatkan,
mereka adalah harap di sisa gelap.
Untukmu, wahai istriku tercinta,
aku berjanji menjaga amanahmu:
membesarkan mereka dengan cinta,
mengajarkan arti bahagia meski terluka.
Kami akan melangkah, meski tertatih,
membawa namamu dalam setiap doa.
Di dunia atau nanti di surga,
cintamu abadi, tak pernah sirna.

.png)
