Sosialisasi ini dihadiri oleh Kelompok tani dari berbagai desa, penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta mahasiswa KKN dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Tema utama yang diangkat dalam sosialisasi tahun ini adalah “Lombok” (cabai), sebagai salah satu komoditas unggulan hortikultura di wilayah Kecamatan Kotaanyar.
Kegiatan dibuka dengan sambutan oleh Koordinator BPP Kecamatan Kotaanyar, Bapak Yahya, yang menjelaskan bahwa tema “lombok” diangkat sebagai bentuk respons terhadap potensi lokal dan kebutuhan petani yang selama ini banyak mengandalkan cabai sebagai sumber pendapatan utama, Probolinggo (22/07/2025)
Desa yang punya potensi akan kita support. Program ini sementara saya arahkan untuk membina desa unggulan. Kita ingin mengangkat potensi desa dan hasil unggulan petani,” ujar Yahya.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan sekolah lapang nantinya akan menyasar desa-desa yang secara geografis dan teknis cocok untuk pengembangan cabai sebagai komoditas unggulan.
Materi utama disampaikan oleh Bapak Agung, yang menjelaskan konsep dasar dari sekolah lapang. Menurutnya, sekolah lapang adalah bentuk pendidikan pertanian yang praktis, di mana peserta akan mendapatkan buku dan bimbingan langsung di lapangan.
“Namanya sekolah, pasti ada buku. Semua tanaman butuh perawatan dan biaya. Tapi produksi tinggi biasanya butuh biaya tinggi. Nah, tujuan dari sekolah lapang ini adalah bagaimana kita bisa menekan biaya, tapi tetap mendapatkan hasil maksimal,” jelas Agung.
Ia mengungkapkan dua fokus utama dalam pengelolaan tanaman cabai:
1. Faktor pemupukan, terutama pemanfaatan pupuk organik agar lebih hemat dan ramah lingkungan.
2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT), agar tanaman lebih sehat dan tidak mudah diserang hama.
Agung juga menekankan bahwa kelebihan pupuk justru bisa menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap penyakit, sehingga dibutuhkan pemupukan yang seimbang dan terencana.
Salah satu isu menarik yang diangkat adalah mengenai teknik budidaya cabai pada lahan yang juga ditanami tembakau. Dijelaskan bahwa cabai bisa meninggalkan bakteri di tanah yang berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman lainnya.
Oleh karena itu, disarankan adanya jarak tanam yang cukup antara tanaman tembakau dan cabai, atau penggunaan lubang tanam yang terpisah, untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kesehatan tanaman secara keseluruhan.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab interaktif yang dipandu oleh Bapak Yanto, penyuluh pertanian sekaligus spesialis cabai. Diskusi berlangsung aktif, membahas masalah yang kerap dihadapi petani dalam membudidayakan cabai, mulai dari serangan hama, biaya produksi tinggi, hingga perawatan pascapanen.
Peserta menyambut antusias sesi diskusi ini karena dapat langsung menyampaikan keluhannya dan mendapatkan solusi teknis yang relevan.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan petani tidak hanya mampu meningkatkan produksi cabai, tetapi juga lebih bijak dalam mengelola biaya usaha tani. Melalui pendekatan sekolah lapang, petani akan dibina secara bertahap untuk mampu mempraktikkan teknik budidaya yang lebih efektif dan efisien.
Program Sekolah Lapang Tematik Pertanian ini direncanakan akan berjalan secara berkelanjutan, dengan BPP sebagai pusat koordinasi seluruh kegiatan teknis di lapangan.
Terakhir acara di tutup dengan pembacaan doa